Syukur Cerminan dari Iman


Kalimat syukur yang kita lantunkan adalah bukti bahwa kita masih menyadari kedudukan kita sebagai hamba Allah SwT yang masih bisa merasakan berbagai nikmat hingga detik ini karena kasih sayang-Nya. Apapun bentuknya, berapapun jumlahnya, hingga bagaimanapun cara diberikannya kepada kita, yang jelas setiap nikmat dari Allah SWT harus disyukuri. Setiap dari kita harus menyadari bahwa diri kita adalah hamba Allah SWT yang pada setiap detik kehidupan selalu dilimpahi nikmat dari Allah SWT. Cara merespon nikmat tersebut adalah dengan bersyukur kepada Allah SWT, dan nampaknya tidak ada respon lain yang lebih pantas selain bersyukur.

Bersyukur juga diperintahkan oleh Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 152. Meskipun kita diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah SWT, namun bukan berarti Allah SWT membutuhkan syukur kita. Sebaliknya, justru perintah syukur tersebut adalah cara bagi kita supaya nikmat yang telah diberikan kepada kita akan terus diberikan dan bahkan bisa bertambah. Sebaliknya, apabila kita kufur terhadap nikmat-nikmat tersebut maka azablah yang akan ditimpakan pada kita. Hal ini juga bersandar pada firman Allah SWT yang berbunyi: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat. (Q.S. Ibrahim:7)

Lantas bagaimanakah cara kita bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut? Kesyukuran dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, lisan, dan perbuatan. Ketiga bentuk kesyukuran ini haruslah dipandang sebagai sebuah kesatuan yang integral, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisah, seluruhnya harus dilaksanakan. Apabila salah satu bentuk syukur ini ditinggalkan maka kesyukurannya seorang hamba itu belum sempurna. Ketiganya tentu sangat penting, mari kita renungkan salah satu aspek saja dari wujud syukur itu. Aspek yang dimaksud adalah aspek bersyukur dengan hati. Hal ini amatlah penting untuk disadari karena sangat berkait erat dengan masalah keyakinan kita kepada Allah SWT. Aspek syukur dengan hati berpengaruh pada aqidah kita sebagai dasar atau pondasi kita dalam berlslam. Bayangkan jika kita gagal mewujudkan syukur kita dengan hati, maka kita akan sulit meyakini bahwa nikmat tersebut berasal dari Allah SWT. Ketidakyakinan kita bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pemberi nikmat adalah bentuk pengingkaran yang serius terhadap Allah SWT.

Gagal bersyukur dengan hati artinya aqidah kita telah rusak, apabila aqidah telah rusak maka akan amat mudah kita mengarah kepada kesyirikan. Sebaliknya, jika kita mampu mewujudkan syukur dengan hati maka keimanan kita kepada Allah SWT akan semakin bertambah. Setiap saat nikmat yang kita dapatkan kita akan semakin meyakini betapa Allah SwT adalah amat pemurah kepada hambanya. Selalu bersyukur terhadap segala sesuatu yang baik yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita adalah wujud keimanan seorang hamba. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi: Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka Ia bersabar. Itu pun baik baginya. (HR. Muslim)

Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa sifat orang yang beriman adalah selalu bersyukur tatkala mendapat sesuatu yang menyenangkan dirinya. Dengan kata lain bahwa seorang dapat bersyukur atas kesenangan yang didapatkannya jika dirinya itu beriman. Abdullah bin Mas’ud sebagaimana dikutip oleh Ibnul Gayyim mengatakan bahwa,”Iman itu terbagi menjadi dua bagian: sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur.” Ungkapan ini menandakan bahwa keimanan seseorang sangat berhubungan dengan kemampuannya untuk bersyukur. Sehingga sudah selayaknya kita sebagai seorang hamba yang mengaku beriman untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT. Dengan pemahaman sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, maka tidaklah berlebihan jika mulai saat ini kita menanamkan dalam diri dan kepada saudara-saudara kita bahwa Syukur itu adalah cerminan Iman kita. Kemampuan kita untuk bersyukur adalah cerminan kualitas keimanan kita, makin kita pandai bersyukur insyaa-Allah kualitas keimanan kita juga akan meningkat. Dan tentunya sebaliknya, kita harus mewaspadai ketika kita sudah tidak pandai bersyukur artinya keimanan kita juga sedang berada dalam kondisi yang rendah.

Sahrudin. M.Pd. (Pegiat literasi/Dosen STAIS DHARMA Indramayu)