Akhir-akhir ini masalah Haji menjadi salah satu isu paling populer dan trending seiring perubahan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan pola tata kelola biaya perjalanan haji. Merasa awam dengan semua hal terkait dengan sistem dan tata kelola keuangan, saya memilih tidak berkomentar. Biarlah itu diserahkan kepada orang yang ahlinya dan tentunya pada sikap para calon jemaah Haji itu sendiri.
Saya ingin lebih mengetahui sisi historis dari ibadah haji, mengingat bahwa seluruh prosesi ritual ibadah haji merupakan perwujudan dari langkah napak tilas para tamu Allah SWT.
Semua tempat pelaksanaan ibadah haji merupakan situs-situs bersejarah mulai dari Ka’bah dan sekelilingnya yang ada di Masjidil Haram hingga yang ada di Mina (Armina). Bahkan, ketika para jemaah ibadah haji ke Madinah yang sebenarnya tidak termasuk pada inti ibadah haji, Jama’ah juga sedang melakukan napak tilas dari berbagai situs yang identik dengan sejarah Islam masa Nabi Muhammad SAW.
Namun faktanya apa yang sering dibahas dan disampaikan kepada para jemaah haji lebih pada kenikmatan ritualistik dan sangat jarang sekali menyentuh tentang bagaimana para jema’ah itu terikat dengan situs-situs sejarah itu sendiri dan bagaimana peran dan Kedudukan serta makna situs-situs itu dengan esensitas keagamaan. Sehingga ketika pulang para jemaah tidak saja diharapkan semakin meningkat kesolehan spiritualnya tapi juga peningkatan pengetahuan dan penghayatan akan sejarah Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi kehidupan sosial, ekonomi bahkan politik jama’ah.
Hal ini menjadi sangat relevan melihat bagaimana para ulama Nusantara dahulu yang merupakan alumni haji. Para ulama setibanya ke Nusantara tampil sebagai inspirator bagi gerakan penyadaran sekaligus juga Pembaharuan masyarakat muslim. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya gerakan perubahan yang jika dilakukan oleh para alumni haji yang jumlahnya lebih dari 200 ribu orang tersebut, jika Jama’ah tidak saja khusu dan bangga dalam peningkatan kesolehan spiritual yang bersifat individualistik tapi juga kesolehan-kesolehan lainnya seperti sosial, budaya, ekonomi bahkan politik. Di sinilah pentingnya peran para pembimbing haji profesional yang terus diupayakan oleh seluruh stakeholders ibadah haji.
Sahrudin, M.Pd. (Pegiat literasi/Dosen STAIS DHARMA Indramayu)
Leave a Reply